Senin, 19 Januari 2015

MOU BANK SAMPAH KEDAS BULELENG DENGAN SMP NEGERI 3 SUKASADA



SMP NEGERI 3 SUKASADA BEKERJA SAMA DENGAN  BANK SAMPAH KEDAS BULELENG
DALAM MENGATASI MASALAH SAMPAH PLASTIK


Dengan adanya Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah beserta peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 terjadi perubahan paradigma yang mendasar dalam pengelolaan sampah yaitu  dari paradigma kumpul-angkut-buang menjadi pengelolaan yang bertumpu pada pengurangan  sampah dan penanganan sampah.Kegiatan ini bermakna segenap lapisan masyarat,baik pemerintah ,dunia usaha,maupun masyarakat luas hendaknya mengurangi sampah dengan jalan memilah, mendaur ulang dan, menggunakan kembali (reduce, recycle,reuse) sampah yang ada
Salah satu kegiatan yang dilakukan sebagai pelaksanaan   peraturan di atas adalah kegiatan penanggulangan sampah plastik. Gong dari kegiatan penanggulangan sampah plastik sebagai implementasi pelaksanaan peraturan di atas adalah apa yang dilakukan oleh Pemda Buleleng  di bawah komando Bapak Bupati Buleleng yaitu bahwa tahun 2015 Kabupaten Buleleng bebas  sampah plastik.Berbagai lembaga  menyukseskan apa yang dicanangkan oleh beliau   seperti yang dilaksanakan oleh SMP Negeri 3 Sukasada.Mulai saat ini sekolah  sedang  giat-giatnya menanggulangi  sampah plastik dengan paradigma baru tersebut.
            Sekolah ini sebenarnya sejak awal berdiri , sebagaimana sekolah-sekolah lain sudah  menanggulangi sampah. Setiap hari  kelompok piket  membersihkan sampah. Juga pada waktu-waktu khusus, misalnya menjelang ulangan umum ,ujian,atau menjelang kegiatan lainnya pasti sekolah tidak belajar dan fokus aktivitas  mengadakan pembersihan. Sampah yang terkumpul  lalu ditimbun atau dibakar. Juga guna lebih meningkatkan motivasi siswa membersihkan sampah  sekali waktu sekolah mengadakan  lomba kebersihan.Akan tetapi masalah sampah tetap saja ada, terutama sampah plastik. Di samping karena sampah plastik tidak mudah hancur, juga setiap hari pasti ada saja plastik yang berguguran dari tangan siswa karena mereka kadung sudah gandrung pada makanan instan yang terbungkus  plastik, malah  jumlahnya lebih banyak dari daun-daun kering yang berguguran dari pohonnya.
            Kecerahan terbersit, ketika pada suatu pagi tanggal 17 November 2014,saat guru-guru sedang rapat,  Bapak Kepala Desa Padanbulia,Gede Sudana  datang ke sekolah membawa solusi penanggulangan sampah plastik. Beliau mengharapkan agar pihak sekolah memungut dan mengumpulkan sampah plastik yang ada di sekolah , memasukkannya ke dalam kampil.Dan setiap hari Jumat petugas dari  Bank Sampah Kedas Buleleng akan mengambilnya. Dan akan diperhitungkan   pada saat itu berapa kg sampah yang terkumpul sebagai pengganti sekolah akan menerima sejumlah uang .Informasi awal tersebut diterima dengan antusias oleh segenap sivitas sekolah karena penanggulangan sampah plastik model seperti ini baru pertama kali didengar.
            Lantas sekolah dengan tidak menyia-nyiakan waktu segera membentuk sejenis kepanitiaan yang menghandle langsung  kegiatan ini.Yang bertanggung jawab adalah Kaur Kesiswaan , Bapak Gede Sumitra Jaya,SE dan Bapak Gst Md Susila,BA (Koordinator 7K). Pertama-tama mereka menghubungi pihak  bank sampah untuk mengkonfirmasi penjelasan Bapak Kepala Desa Padangbulia .Dari pihak bank sampah mereka mendapat penjelasan yang lebih terinci yaitu bahwa sampah yang dikumpulkan hendaknya dipisahkan menjadi dua, yaitu sampah botol air mineral dan sampah plastik pada umumnya. Kedua jenis sampah tersebut dimasukkan pada kampil yang berbeda.Kedua jenis sampah ini akan dibeli dengan harga tertentu. Pihak sekolah dibuatkan buku tabungan. Isi buku tabungan itu bukan catatan mengenai berapa rupiah   uang yang berhasil didapatkan, tetapi berapa kg sampah yang berhasil dikumpulkan ,   dan  setiap enam bulan sekali baru diuangkan.Pengambilannya pun  di LPD Desa Padangbulia, tidak langsung ke pihak bank sampah. Buku tabungan yang dibuat   untuk sekolah hanya satu, tetapi sekolah membuat lagi buku tabungan per jumlah kelas yang ada. Tujuannya agar setiap kelas mempunyai data yang jelas berapa kg sampah plastik yang berhasil dikumpulkan . Ini sebagai wujud transparansi pengelolaan keuangan oleh pihak panitia. Menurut Pak Gede Sumitra Jaya,uang hasil penjualan sampah akan digunakan sesuai keperluan  kelas bersangkutan.
Setelah itu panitia, segera mensosialisasikan hal tersebut kepada siswa selaku ujung tombak  pelaksanaan program ini, baik ketika upacara bendera, saat persembahyangan purnama tilem,  saat pengumuman kerja bakti atau pada hari khusus lainnya yang menyangkut bagaimana mekanisme pengumpulan sampah penimbangan sampai pengangkutan ke tempat bank sampah.
Sebagai permulaan untuk menguji bagaimanakah semangat siswa dalam memungut sampah setelah adanya insentif seperti itu,  pada hari Sabtu, 15 November 2014 guru-guru mengajak siswa memunguti sampah yang ada di jalan raya menuju gedung SMP Negeri 3 Sukasada.Yang bergotong royong juga staf desa, babinkamtibmas, babinsa. Mereka semua bahu-membahu memunguti sampah plastik yang ada. Apalagi siswa , mereka berebut memunguti sampah plastik.Dalam jangka yang tidak terlalu lama sampah plastik yang ada di tempat itu sudah habis tandas. Permulaan yang  positif sekali dalam rangka pelaksanaan penanggulangan sampah model baru.
Untuk lebih memahami  geliat bank sampah Kedas Buleleng dalam menangani sampah plastik,. Penulis langsung  ke markas bank sampah Kedas Buleleng  di Lingkungan Sangket , Kelurahan Sukasada. Di sana penulis diterima oleh pengurusnya sendiri yaitu I Nyoman Suka Ardiyasa. Beliau sehari-hari adalah  seorang dosen Universitas Hindu Indonesia.Di samping dosen dia juga sebagai ketua umum Pemuda Peduli Lingkungan Bali yang mendirikan unit usaha Bank Sampah Kedas Buleleng. Banyak prestasi yang sudah beliau raih , bahkan untuk penanganan sampahnya kiprah beliau sudah sampai ke tingkat nasional.
Setelah ditanya apakah sampah yang dikumpulkan langsung didaur ulang ,beliau menyatakan bahwa lembaga beliau hanya sebagai mediator penyaluran sampah. Sampah yang berhasil dikumpulkan akan dijual  ke pengepul. Dan pengepullah yang mengangkut sampah plastik ke pabrik untuk didaur ulang.
 Beliau menyatakan  bahwa nilai beli sampah  kepada masyarakat maupun sekolah tidak akan merugikan  Sebagai gambaran  harga untuk masing-masing jenis sampah seperti yang termuat ,dalam proposal pengajuan kerja sama pengelolaan sampah cukup tinggi  , di antaranya gelas plastik bening Rp 3.000,- per kg,gelas plastik berwarna Rp 2.000,- per kg,botol air mineral plastik Rp 2.500,- per kg dan ketiganya harus keadaannya  bersih dan sudah dipilah-pilah, sedangkan untuk plastik beliau membeli jenis kantong plastik biasa/kresek (berwarna) dengan keadaan bersih dan kering Rp 200 per kg,yang tebal rp 500 pr kg,Untuk jenis plastik ini memang cukup murah, tetapi menurut beliau mulai Januari 2015 ini pemerintah  Kabupaten Buleleng mengeluarkan kebijakan upah pungut sampah plastik.Setiap kilogramnya akan dihargai Rp 1.500. Di samping harga pembelian yang bersaing , volume sampah  yang ditimbang sebagaimana adanya, tidak ada rekayasa timbangan.
 Pihak bank sampah memperoleh penghasilan dari selisih harga beli di tingkat masyarakat atau sekolah dengan harga jual kepada pengepul. Dan menurut beliau bisnis sampah ini adalah bisnis yang berprospek cerah karena bahan yang kita jadikan lahan usaha ini tersedia melimpah di masyarakat.Setiap hari produksi sampah tinggi.Ketika ditanya tidakkah nantinya sampah plastik yang kita kumpulkan tidak akan laku di pasaran,beliau meyakinkan bahwa bisnis ini tidak akan pernah mandek.sampah plastik pasti dibutuhkan untuk didaur ulang dijadikan alat keperluan rumah tangga atau yang lainnya. Kegiatan Ini sebagai wujud tanggung jawab korporasi dalam menyelamatkan lingkungan dari sampah plastik
Tentu agar bisnis penanganan sampah ini bisa dijadikan sebagai salah satu alternatif peningkatan ekonomi keluarga maka  masyarakat atau kelompok-kelompok masyarakat yang konsern terhadap masalah lingkungan ini menurut beliau hendaknya mau bersatu-padu,saling bekerja sama.Dengan demikian ,  akan bisa menentukan harga  ,tidak seperti selama ini, sebenarnya banyak yang mau mulai memungut sampah plastik atau jenis sampah lainnya  , tetapi karena masih bersifat sporadis,berjalan sendiri-sendiri tidak bekerja sama harga bisa ditekan menjadi murah.Dengan harga murah seperti itu orang enggan menjadi pemulung .”Maka, marilah bersatu menjalankan bisnis ini”,kata beliau, di setiap desa ada 20 orang yang mau memelopori melaksanakan bisnis ini,sudah cukup. Jika sudah dilihat hasilnya, itu niscaya akan menggerakkan masyarakat lain untuk berbuat serupa” Jadi lama-kelamaan dengan usaha ini desa menjadi bebas dari sampah plastik dan warganya sejahtera.Demikian kiranya obsesi yang disampaikan oleh motor penggerak Bank Sampah Kedas Buleleng ini.
Dari hasil pengamatan penulis terhadap program yang dilaksanakan oleh SMP Negeri 3 Sukasada,kegiatan sudah berjalan dengan baik : siswa sudah mau memilah-milah  sampah plastik  dan memasukkannya ke tempat yang semestinya, demikian juga pemilik kantin sekolah bahu-membahu , seolah berlomba dengan siswa  untuk memungut gelas plastik kosong  yang terbuang. Sekolah pun sudah tampak bersih jika dibandingkan dengan  sebelumnya ( Gede Rata)