SMP NEGERI 3 SUKASADA
BEKERJA SAMA DENGAN BANK SAMPAH KEDAS
BULELENG
DALAM MENGATASI MASALAH
SAMPAH PLASTIK
Dengan
adanya Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah beserta
peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 terjadi perubahan paradigma yang
mendasar dalam pengelolaan sampah yaitu
dari paradigma kumpul-angkut-buang menjadi pengelolaan yang bertumpu
pada pengurangan sampah dan penanganan
sampah.Kegiatan ini bermakna segenap lapisan masyarat,baik pemerintah ,dunia
usaha,maupun masyarakat luas hendaknya mengurangi sampah dengan jalan memilah,
mendaur ulang dan, menggunakan kembali (reduce, recycle,reuse) sampah yang ada
Salah
satu kegiatan yang dilakukan sebagai pelaksanaan peraturan di atas adalah kegiatan penanggulangan
sampah plastik. Gong dari kegiatan penanggulangan sampah plastik sebagai
implementasi pelaksanaan peraturan di atas adalah apa yang dilakukan oleh Pemda
Buleleng di bawah komando Bapak Bupati
Buleleng yaitu bahwa tahun 2015 Kabupaten Buleleng bebas sampah plastik.Berbagai lembaga menyukseskan apa yang dicanangkan oleh beliau seperti
yang dilaksanakan oleh SMP Negeri 3 Sukasada.Mulai saat ini sekolah sedang
giat-giatnya menanggulangi sampah
plastik dengan paradigma baru tersebut.
Sekolah ini sebenarnya sejak awal
berdiri , sebagaimana sekolah-sekolah lain sudah menanggulangi sampah. Setiap hari kelompok piket membersihkan sampah. Juga pada waktu-waktu
khusus, misalnya menjelang ulangan umum ,ujian,atau menjelang kegiatan lainnya
pasti sekolah tidak belajar dan fokus aktivitas
mengadakan pembersihan. Sampah yang terkumpul lalu ditimbun atau dibakar. Juga guna lebih
meningkatkan motivasi siswa membersihkan sampah sekali waktu sekolah mengadakan lomba kebersihan.Akan tetapi masalah sampah tetap
saja ada, terutama sampah plastik. Di samping karena sampah plastik tidak mudah
hancur, juga setiap hari pasti ada saja plastik yang berguguran dari tangan
siswa karena mereka kadung sudah gandrung pada makanan instan yang
terbungkus plastik, malah jumlahnya lebih banyak dari daun-daun kering
yang berguguran dari pohonnya.
Kecerahan terbersit, ketika pada suatu
pagi tanggal 17 November 2014,saat guru-guru sedang rapat, Bapak Kepala Desa Padanbulia,Gede Sudana datang ke sekolah membawa solusi penanggulangan
sampah plastik. Beliau mengharapkan agar pihak sekolah memungut dan
mengumpulkan sampah plastik yang ada di sekolah , memasukkannya ke dalam
kampil.Dan setiap hari Jumat petugas dari
Bank Sampah Kedas Buleleng akan mengambilnya. Dan akan diperhitungkan pada saat itu berapa kg sampah yang terkumpul
sebagai pengganti sekolah akan menerima sejumlah uang .Informasi awal tersebut
diterima dengan antusias oleh segenap sivitas sekolah karena penanggulangan
sampah plastik model seperti ini baru pertama kali didengar.
Lantas sekolah dengan tidak
menyia-nyiakan waktu segera membentuk sejenis kepanitiaan yang menghandle
langsung kegiatan ini.Yang bertanggung
jawab adalah Kaur Kesiswaan , Bapak Gede Sumitra Jaya,SE dan Bapak Gst Md
Susila,BA (Koordinator 7K). Pertama-tama mereka menghubungi pihak bank sampah untuk mengkonfirmasi penjelasan
Bapak Kepala Desa Padangbulia .Dari pihak bank sampah mereka mendapat
penjelasan yang lebih terinci yaitu bahwa sampah yang dikumpulkan hendaknya
dipisahkan menjadi dua, yaitu sampah botol air mineral dan sampah plastik pada
umumnya. Kedua jenis sampah tersebut dimasukkan pada kampil yang berbeda.Kedua
jenis sampah ini akan dibeli dengan harga tertentu. Pihak sekolah dibuatkan
buku tabungan. Isi buku tabungan itu bukan catatan mengenai berapa rupiah uang
yang berhasil didapatkan, tetapi berapa kg sampah yang berhasil dikumpulkan , dan setiap enam bulan sekali baru diuangkan.Pengambilannya
pun di LPD Desa Padangbulia, tidak
langsung ke pihak bank sampah. Buku tabungan yang dibuat untuk
sekolah hanya satu, tetapi sekolah membuat lagi buku tabungan per jumlah kelas
yang ada. Tujuannya agar setiap kelas mempunyai data yang jelas berapa kg
sampah plastik yang berhasil dikumpulkan . Ini sebagai wujud transparansi
pengelolaan keuangan oleh pihak panitia. Menurut Pak Gede Sumitra Jaya,uang
hasil penjualan sampah akan digunakan sesuai keperluan kelas bersangkutan.
Setelah
itu panitia, segera mensosialisasikan hal tersebut kepada siswa selaku ujung
tombak pelaksanaan program ini, baik
ketika upacara bendera, saat persembahyangan purnama tilem, saat pengumuman kerja bakti atau pada hari
khusus lainnya yang menyangkut bagaimana mekanisme pengumpulan sampah
penimbangan sampai pengangkutan ke tempat bank sampah.
Sebagai
permulaan untuk menguji bagaimanakah semangat siswa dalam memungut sampah
setelah adanya insentif seperti itu, pada hari Sabtu, 15 November 2014 guru-guru
mengajak siswa memunguti sampah yang ada di jalan raya menuju gedung SMP Negeri
3 Sukasada.Yang bergotong royong juga staf desa, babinkamtibmas, babinsa.
Mereka semua bahu-membahu memunguti sampah plastik yang ada. Apalagi siswa , mereka
berebut memunguti sampah plastik.Dalam jangka yang tidak terlalu lama sampah
plastik yang ada di tempat itu sudah habis tandas. Permulaan yang positif sekali dalam rangka pelaksanaan
penanggulangan sampah model baru.
Untuk
lebih memahami geliat bank sampah Kedas
Buleleng dalam menangani sampah plastik,. Penulis langsung ke markas bank sampah Kedas Buleleng di Lingkungan Sangket , Kelurahan Sukasada. Di
sana penulis diterima oleh pengurusnya sendiri yaitu I Nyoman Suka Ardiyasa.
Beliau sehari-hari adalah seorang dosen
Universitas Hindu Indonesia.Di samping dosen dia juga sebagai ketua umum Pemuda
Peduli Lingkungan Bali yang mendirikan unit usaha Bank Sampah Kedas Buleleng. Banyak
prestasi yang sudah beliau raih , bahkan untuk penanganan sampahnya kiprah
beliau sudah sampai ke tingkat nasional.
Setelah
ditanya apakah sampah yang dikumpulkan langsung didaur ulang ,beliau menyatakan
bahwa lembaga beliau hanya sebagai mediator penyaluran sampah. Sampah yang
berhasil dikumpulkan akan dijual ke
pengepul. Dan pengepullah yang mengangkut sampah plastik ke pabrik untuk didaur
ulang.
Beliau menyatakan bahwa nilai beli sampah kepada masyarakat maupun sekolah tidak akan
merugikan Sebagai gambaran harga untuk masing-masing jenis sampah
seperti yang termuat ,dalam proposal pengajuan kerja sama pengelolaan sampah
cukup tinggi , di antaranya gelas
plastik bening Rp 3.000,- per kg,gelas plastik berwarna Rp 2.000,- per kg,botol
air mineral plastik Rp 2.500,- per kg dan ketiganya harus keadaannya bersih dan sudah dipilah-pilah, sedangkan
untuk plastik beliau membeli jenis kantong plastik biasa/kresek (berwarna)
dengan keadaan bersih dan kering Rp 200 per kg,yang tebal rp 500 pr kg,Untuk
jenis plastik ini memang cukup murah, tetapi menurut beliau mulai Januari 2015
ini pemerintah Kabupaten Buleleng
mengeluarkan kebijakan upah pungut sampah plastik.Setiap kilogramnya akan dihargai
Rp 1.500. Di samping harga pembelian yang bersaing , volume sampah yang ditimbang sebagaimana adanya, tidak ada
rekayasa timbangan.
Pihak bank sampah memperoleh penghasilan dari
selisih harga beli di tingkat masyarakat atau sekolah dengan harga jual kepada
pengepul. Dan menurut beliau bisnis sampah ini adalah bisnis yang berprospek
cerah karena bahan yang kita jadikan lahan usaha ini tersedia melimpah di
masyarakat.Setiap hari produksi sampah tinggi.Ketika ditanya tidakkah nantinya
sampah plastik yang kita kumpulkan tidak akan laku di pasaran,beliau meyakinkan
bahwa bisnis ini tidak akan pernah mandek.sampah plastik pasti dibutuhkan untuk
didaur ulang dijadikan alat keperluan rumah tangga atau yang lainnya. Kegiatan
Ini sebagai wujud tanggung jawab korporasi dalam menyelamatkan lingkungan dari
sampah plastik
Tentu
agar bisnis penanganan sampah ini bisa dijadikan sebagai salah satu alternatif
peningkatan ekonomi keluarga maka
masyarakat atau kelompok-kelompok masyarakat yang konsern terhadap
masalah lingkungan ini menurut beliau hendaknya mau bersatu-padu,saling bekerja
sama.Dengan demikian , akan bisa
menentukan harga ,tidak seperti selama
ini, sebenarnya banyak yang mau mulai memungut sampah plastik atau jenis sampah
lainnya , tetapi karena masih bersifat
sporadis,berjalan sendiri-sendiri tidak bekerja sama harga bisa ditekan menjadi
murah.Dengan harga murah seperti itu orang enggan menjadi pemulung .”Maka,
marilah bersatu menjalankan bisnis ini”,kata beliau, di setiap desa ada 20
orang yang mau memelopori melaksanakan bisnis ini,sudah cukup. Jika sudah
dilihat hasilnya, itu niscaya akan menggerakkan masyarakat lain untuk berbuat
serupa” Jadi lama-kelamaan dengan usaha ini desa menjadi bebas dari sampah
plastik dan warganya sejahtera.Demikian kiranya obsesi yang disampaikan oleh
motor penggerak Bank Sampah Kedas Buleleng ini.
Dari
hasil pengamatan penulis terhadap program yang dilaksanakan oleh SMP Negeri 3
Sukasada,kegiatan sudah berjalan dengan baik : siswa sudah mau
memilah-milah sampah plastik dan memasukkannya ke tempat yang semestinya,
demikian juga pemilik kantin sekolah bahu-membahu , seolah berlomba dengan
siswa untuk memungut gelas plastik
kosong yang terbuang. Sekolah pun sudah
tampak bersih jika dibandingkan dengan
sebelumnya ( Gede Rata)